Kelmarin, aku ajak Jojo pergi mengembara di tanah air sendiri; pergi merunut jejak beberapa orang pengarang tahun-tahun 40-an hingga 50-an kita, Pak Sako dan Keris Mas misalnya, bukan jejak perjuangan mereka, tetapi jejak liku-liku perjalanan mereka, ke rumah pencetak dan penerbit buku yang terletak jauh di ceruk tanah air. Misalnya, Percetakan Muhammad Abd. Rahman di Marang, Terengganu; The Sentosa Store dan Pustaka Hang Tuah di Kuala Pilah (bandar kecil ini pernah menjadi saksi penerbitan 40 novel pada tahun 50-an); Jamilah Press dan Muhammadiah Press di Muar; serta Pustaka Remaja di Province Wellesley.
Apakah rumah-rumah percetakan dan penerbitan itu masih wujud? Dan jangan bertanya kepadaku, mengapa mesin cetak itu berada/wujud di ceruk tanah air, bukan di kota besar atau di kota raya? Maksudku cuma ingin melihat dengan mata sendiri, di mana sebenarnya letaknya rumah-rumah penerbitan tersebut. Sekurang-kurangnya, untuk membayangkan bagaimana novelis-novelis dahulu bergerak. Betapa mereka terpaksa pergi ke tempat-tempat tersebut pada zaman darurat dengan tujuan semata-mata untuk meneliti buku-buku mereka (takut-takut salah eja, salah cetak, dan sebagainya.)
- CATATAN, hlm 44.
No comments:
Post a Comment