Yang dikatakan sajak bebas itu bagaimana? Seorang pelajar bertanya kepadaku, "Apakah ada bezanya daripada sajak-sajak ASAS 50?"
Wah, ini pertanyaan wajar tetapi berat, daripada pelajar yang pintar! Aku hanya bisa menjawab dengan baris ayat yang tersentak-sentak:
"Sajak-sajak ASAS 50 masih belum bebas sepenuhnya daripada pola/model pantun dan seloka, walaupun segelintir sudah dilanda gaya, teknik, unsur sajak Chairil pada awal tahun 50-an. Sajak-sajak mereka masih terikat pada ikatan adat bersyair/bersajak. Kalimat yang berirama dan ayat yang "sama seukur" itu belum terlepas jua daripada mata pena, masih terlalu banyak memakai kata perlambangan dan kata bandingan. Maklumlah pada zaman transisi, betapa susahnya meninggalkan lenggang-lenggok gaya bersajak itu.
Tetapi kini, Usman sendiri misalnya, telah merobah puisi tanah air dengan rangkaian puisi modennya sehingga kami, penyair pada awal tahun 60-an hingga 70-an berupaya pula sedikit banyak membebaskan diri daripada ikatan-ikatan ketat tersebut, sesuai dengan tanggapan dan segala pengertian baru - apa itu bahasa, imejan, struktur, diksi, intuisi, imaginasi, metafora, mimpi, memori, ambiguiti, dan lain-lain sebagainya. Kami lebih banyak juga mencungkil/menggali jauh ke dalam diri, ke dalam jiwa sendiri. Maka itulah kadangkala, terasa ada semacam simbol dalaman yang amat peribadi sifatnya."
Apakah pelajar tadi puas hati dengan jawapanku ini?
-CATATAN, halaman 131.