(Lenggeng; Julai 1972)
Musim buah.... Aku tertidur sejenak di serambi, di desa, di kampung halaman sendiri. Hari rembang petang. Aku teringat pada waktu kecilku ketika zaman darurat di kampung dahulu. Tokoh/watak yang kita percayai tiba-tiba menghilangkan diri. Timbul tokoh/watak baru, entah dari mana datangnya, sewenang-wenang mengambil tempat dan peranan. Banyak sekali peristiwa yang aneh/ganjil berlaku.
Pada zaman cemas penuh kemelut, peristiwa menjadi cerita; cerita menjadi dongeng; banyak kisah daya-memperdaya, belot-membelot. Kisah darurat, hal yang mustahil, perkara yang tidak disangka-sangka boleh saja menjadi kenyataan. Walaupun kampungku terletak agak jauh dari pekan Broga, dari kawasan serang hendap, tetapi entah bagaimana, aku menjadi anak yang cepat gementar, gugup, dan senantiasa saja dalam ketakutan, dalam igauan.
Aku menjadi anak yang pendiam dan penyepi. Kata-kata amat sulit keluar atau kukeluarkan dari mulutku. Hanya mataku saja yang terbuka, merenung.... Sesuatu yang ngeri sudah berlaku. Mungkin aku telah menyaksikannya. Tetapi apa? Dan bagaimana? Wallahualam. (Sehingga kini, tiga puluh tahun kemudian, peristiwa itu masih merupakan suatu misteri padaku.)
- Catatan, hlm 328.
0 comments:
Post a Comment